This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, August 29, 2007

It's time to invest in human

Tuesday, 28 August 2007
Jakarta (Warta Kota : (28/08/07) Non profit organization Sampoerna Foundation (SF) which is focusing on education, vows to continue improving education quality in Indonesia. Its new Chief Executive Officer, Lin Che Wei, said that the foundation will focus on improving teachers’ quality in Jakarta within five years. “People used to invest in money. Now we are investing in human,” said Lin Che Wei at the Sampoerna Strategic Square building on Monday (27/8).

Lin Che Wei, formerly Director of state-owned investment firm Danareksa said, teachers are the key to build the intellectual life of the nation. “No matter if we have to study under the tree, as long as the teachers are of good quality, students will get good quality education,” he asserted. He quoted former Singaporean Prime Minister Lee Kuan Yew, saying if a nation wants to make a change it should start investing in human.

However, investing in human through improvement of education quality and access to education in Indonesia needs a long process. Throughout the process, all parties – the government, private sector, and media - have to be involved. Education is not only a matter of how big the budget is, but it's more about how to invest the budget effectively by improving the quality of teachers and helping children who are in need constantly. ”Our focus in these coming years is improving teachers’ quality,” he said.

In its sixth anniversary, the Sampoerna Foundation has adopted 17 state senior high schools and 5 madrasah from 11 provinces in Indonesia to become top schools. In an effort to improve teachers’ quality, SF has established SF Teacher Institute, and has carried out trainings for 3,000 teachers. It also has and scholarships for 60 future teachers.

In 10 years from now, SF will invest US$150 million or Rp 1.5 trillion provided by SF founder, Putera Sampoerna, for education. This donation is expected to encourage other donors to participate in developing education in Indonesia. Some companies such as Exxonmobil, Astro, HM Sampoerna, Siemens, and Total Oil has participated to assist SF programs.


SF has been planning to provide training for 36,700 teachers in basic education institutions in Jakarta. “Training teachers in Jakarta is not an easy task to do," said SF Chief Operating Officer, Elan Merdy. He said that the training would be carried out in stages in five years. Afterwards, teachers training will be carried out in other regions in the country.

http://www.sampoernafoundation.org

Thursday, August 23, 2007

ILP campaign assignment



Haha this is my wife campaign for us while she do assignment for ILP course.
Nice ya. Love u honey :)

Tuesday, August 21, 2007

SF Annual Gathering 2007 essay by Deri

July 22, 2007
SFAG 2007 Part 2 -- Pelajaran dari anak-anak SDN Pasir Bagade

Kuat mana anak2 SDN Pasir Bagade yang mungkin berusia 8 - 10 tahun dengan mahasiswa2 SF yang sudah kuliah S1 / S2? Saya tidak berani menjawab.

Kenapa? Karena ketika kami mengangkat batu bata, setiap orang kurang lebih menangkat 2 - 5 tergantung kekuatan masing-masing. Kami (terutama para cewe. Yang cowo angkat tanah) sangat semangat bekerja membawa batu bata tersebut untuk dibawa ke tempat penumpukan / lokasi paving.

Tampaknya anak2 SDN Pasir Bagade yang sudah selesai sekolah di situ tidak tinggal diam. Mereka ikutan membawa batu bata, tetapi seorang anak sekecil itu membawa 7 batu bata sekaligus ditumpuk menjadi satu. Wah gila! Sebentar lagi 2 orang anak dengan bantuan kain dan bambu mengangkat lebih dari 10 batu bata sekaligus. Anak2 lain pun menyusul!

Sewaktu semua mengangkat-angkat meja dan kursi yang sudah jelek untuk dibawa ke luar / ke tempat penampungan sementara, kami rata-rata membawa meja berdua-duaan. Yang kuat membawa 1 meja sendirian. Tetapi anak-anak kecil yang iseng ikut membantu mengangkat 1 meja dengan semangatnya dan diangkat tinggi2 di atas kepala lalu dibawa begitu saja! Wah gila! Anak-anak itu kuat sekali.

Terus kalau kuat kenapa?

Artinya banyak energi. Atau banyak semangat.

Menurut saya, yang terjadi adalah kedua-duanya.

Pesan 1: Yang dibutuhkan adalah kesempatan

Coba lihat apa yang anak2 itu lakukan ketika kami sedang istirahat. Anak2 itu tampak tidak ada kerjaan. Bermain2 dengan botol bekas. Menendang2 botol dan batu. Melempar batu. Memukuli pohon. Melempar sedotan. Bermain layangan dengan tali yang jelas2 terlalu pendek. Kedengarannya bodoh sekali. Ya.. apa yang anak2 umur 8 - 10 tahun itu bisa buat, di desa yang miskin, yang tidak ada komputer / mainan modern / dll?

Tapi ketika kami mulai mengangkat batu bata atau mengangkat furniture, mereka tampak menjadi lebih cerah. Beberapa anak2 laki2 di sana turut membantu kami dengan tenaga yang tadi saya katakan, luar biasa. Wajah mereka cerah. Saya menatap seorang bocah dan ia tersenyum, bukan merengut. Dari wajahnya saya kira2 menerima pesan begini: "Inilah yang saya inginkan: membangun masa depan saya sendiri."

Rasanya seperti ada energi potensial yang begitu besar tidak terpakai dan sudah lama menunggu untuk segera dikeluarkan.

Pesan 2: Kita belum bekerja cukup keras

We have not worked hard enough. Kita yang beruntung mendapatkan kesempatan belum bekerja sampai kemampuan maksimal kita.

Buktinya apa? Mengapa kita cuma mengangkat 3 - 5 batu bata sekali jalan? Mengapa tidak 7 seperti anak-anak itu? Kalau kita bisa angkat 2 karung tanah masing2 seberat 20 kg -an, mengapa kita angkat 1? Kalau bisa mengangkat sebuah meja sendiri, mengapa harus menunggu ada teman yang mau membantu? Masa kalah sama anak2 kecil?

Es krim

Akhirnya, sebuah truk penuh es krim datang dan mengakhiri kerja sosial di SDN tersebut. Para scholars langsung menyerbu truk itu dan mengambil 1 / 2 tergantung selera, rasa lapar, rasa capek, dan lain2. Anak2 yang berada di sana pun ikut menyerbu truk itu. Rupanya ada yang memanggil anak2 lainnya di kampung itu sehingga yang datang banyak sekali. Anak2 itu pun juga mengambil es krim dan saling mengambilkan satu sama lain.

Seperti teman saya yang sampai puasa makan ayam untuk berjuang masuk UGM, saya juga di sana puasa makan es krim untuk mengingatkan saya untuk berjuang lebih keras demi mereka yang belum mendapatkan kesempatan pendidikan.

Es krim mungkin tidak setiap hari ada di desa itu, jadi ketika ada es krim, anak2 itu berebut tidak karuan dan saling membagi.

Kesempatan untuk mendapat pendidikan yang baik juga tidak banyak di desa itu. Menurut keterangan, sebagian besar murid di sana tidak melanjutkan ke SMP karena SMP terdekat letaknya terlalu jauh (dan mungkin karena biaya).

Seandainya kita bisa membagikan kesempatan mendapatkan pendidikan seperti es krim, anak2 itu pun pasti sudah berebut dengan sangat ganasnya. Siapa yang tidak mau memperebutkan masa depan?

source: http://deriantok.blogs.friendster.com

Tuesday, August 07, 2007

Soft Launching SSS

Office property beings to sparkle

Business and Investment - July 24, 2007

The Jakarta Post, Jakarta

The office property sector in Jakarta is set for high growth as a number of new towers come on stream by the end of 2009, a property consultant says.

"Twenty-seven new office buildings, providing some one million square meters of space, are under construction this year, and are expected to be completed by 2009," Anton Sitorus, head of research for property consulting firm Jones Lang LaSalle, said Monday.

"I believe the office property industry has a bright future as interest rates are decreasing," Anton added, pointing also to likely increases in investment as Indonesia came to once again be seen as one of the growth centers in the Asia-Pacific region.

According to figures provided by the company, Jakarta had around five million square meters of office space as of June, with the occupancy rate standing at 85 percent.



"The office space supply in the central business district (CBD) stood at 3.3 million square meters while the remaining 1.7 million square meters is in other areas," said Jones's associate director for commercial affairs, Angela Wibawa.

Angela and Anton were speaking during a media briefing on the Sampoerna Strategic Square towers, located on Jl Sudirman, Central Jakarta, which Angela said were already 60 percent occupied.

The towers are owned by PT Buana Sakti, which bought them from Bank Danamon in 2005. The company has been renovating them since February last year by changing the interior design, expanding the underground parking area, building an atrium connecting the towers and developing an office park.