Tuesday, August 21, 2007

SF Annual Gathering 2007 essay by Deri

July 22, 2007
SFAG 2007 Part 2 -- Pelajaran dari anak-anak SDN Pasir Bagade

Kuat mana anak2 SDN Pasir Bagade yang mungkin berusia 8 - 10 tahun dengan mahasiswa2 SF yang sudah kuliah S1 / S2? Saya tidak berani menjawab.

Kenapa? Karena ketika kami mengangkat batu bata, setiap orang kurang lebih menangkat 2 - 5 tergantung kekuatan masing-masing. Kami (terutama para cewe. Yang cowo angkat tanah) sangat semangat bekerja membawa batu bata tersebut untuk dibawa ke tempat penumpukan / lokasi paving.

Tampaknya anak2 SDN Pasir Bagade yang sudah selesai sekolah di situ tidak tinggal diam. Mereka ikutan membawa batu bata, tetapi seorang anak sekecil itu membawa 7 batu bata sekaligus ditumpuk menjadi satu. Wah gila! Sebentar lagi 2 orang anak dengan bantuan kain dan bambu mengangkat lebih dari 10 batu bata sekaligus. Anak2 lain pun menyusul!

Sewaktu semua mengangkat-angkat meja dan kursi yang sudah jelek untuk dibawa ke luar / ke tempat penampungan sementara, kami rata-rata membawa meja berdua-duaan. Yang kuat membawa 1 meja sendirian. Tetapi anak-anak kecil yang iseng ikut membantu mengangkat 1 meja dengan semangatnya dan diangkat tinggi2 di atas kepala lalu dibawa begitu saja! Wah gila! Anak-anak itu kuat sekali.

Terus kalau kuat kenapa?

Artinya banyak energi. Atau banyak semangat.

Menurut saya, yang terjadi adalah kedua-duanya.

Pesan 1: Yang dibutuhkan adalah kesempatan

Coba lihat apa yang anak2 itu lakukan ketika kami sedang istirahat. Anak2 itu tampak tidak ada kerjaan. Bermain2 dengan botol bekas. Menendang2 botol dan batu. Melempar batu. Memukuli pohon. Melempar sedotan. Bermain layangan dengan tali yang jelas2 terlalu pendek. Kedengarannya bodoh sekali. Ya.. apa yang anak2 umur 8 - 10 tahun itu bisa buat, di desa yang miskin, yang tidak ada komputer / mainan modern / dll?

Tapi ketika kami mulai mengangkat batu bata atau mengangkat furniture, mereka tampak menjadi lebih cerah. Beberapa anak2 laki2 di sana turut membantu kami dengan tenaga yang tadi saya katakan, luar biasa. Wajah mereka cerah. Saya menatap seorang bocah dan ia tersenyum, bukan merengut. Dari wajahnya saya kira2 menerima pesan begini: "Inilah yang saya inginkan: membangun masa depan saya sendiri."

Rasanya seperti ada energi potensial yang begitu besar tidak terpakai dan sudah lama menunggu untuk segera dikeluarkan.

Pesan 2: Kita belum bekerja cukup keras

We have not worked hard enough. Kita yang beruntung mendapatkan kesempatan belum bekerja sampai kemampuan maksimal kita.

Buktinya apa? Mengapa kita cuma mengangkat 3 - 5 batu bata sekali jalan? Mengapa tidak 7 seperti anak-anak itu? Kalau kita bisa angkat 2 karung tanah masing2 seberat 20 kg -an, mengapa kita angkat 1? Kalau bisa mengangkat sebuah meja sendiri, mengapa harus menunggu ada teman yang mau membantu? Masa kalah sama anak2 kecil?

Es krim

Akhirnya, sebuah truk penuh es krim datang dan mengakhiri kerja sosial di SDN tersebut. Para scholars langsung menyerbu truk itu dan mengambil 1 / 2 tergantung selera, rasa lapar, rasa capek, dan lain2. Anak2 yang berada di sana pun ikut menyerbu truk itu. Rupanya ada yang memanggil anak2 lainnya di kampung itu sehingga yang datang banyak sekali. Anak2 itu pun juga mengambil es krim dan saling mengambilkan satu sama lain.

Seperti teman saya yang sampai puasa makan ayam untuk berjuang masuk UGM, saya juga di sana puasa makan es krim untuk mengingatkan saya untuk berjuang lebih keras demi mereka yang belum mendapatkan kesempatan pendidikan.

Es krim mungkin tidak setiap hari ada di desa itu, jadi ketika ada es krim, anak2 itu berebut tidak karuan dan saling membagi.

Kesempatan untuk mendapat pendidikan yang baik juga tidak banyak di desa itu. Menurut keterangan, sebagian besar murid di sana tidak melanjutkan ke SMP karena SMP terdekat letaknya terlalu jauh (dan mungkin karena biaya).

Seandainya kita bisa membagikan kesempatan mendapatkan pendidikan seperti es krim, anak2 itu pun pasti sudah berebut dengan sangat ganasnya. Siapa yang tidak mau memperebutkan masa depan?

source: http://deriantok.blogs.friendster.com

0 comments: